Pada 27 Oktober 2024, sebuah video viral yang menunjukkan seorang konten kreator menghabiskan Rp 238 ribu untuk seporsi soto ayam di Yogyakarta mengejutkan netizen. Konten ini langsung memicu perdebatan di media sosial tentang harga makanan lokal dan bagaimana makanan tersebut dinilai di era digital saat ini.
Dalam video tersebut, konten kreator tersebut menjelaskan bahwa harga yang dibayarkan mencakup beberapa varian soto ayam dengan berbagai tambahan seperti kerupuk, sambal, dan minuman. Meskipun soto ayam merupakan makanan yang umum dan terjangkau di Indonesia, jumlah yang dibayarkan mengundang tanya, apakah makanan tersebut sebanding dengan harganya.
Reaksi netizen pun beragam. Beberapa menganggap harga tersebut sangat mahal untuk sebuah hidangan yang sederhana, sementara yang lain berpendapat bahwa pengalaman kuliner dan kualitas bahan makanan juga harus dipertimbangkan. Perdebatan ini mengungkapkan kesenjangan antara persepsi harga makanan di kalangan masyarakat, terutama di kalangan generasi muda yang lebih aktif di media sosial.
Sisi positifnya, kejadian ini menarik perhatian banyak orang terhadap restoran yang menyajikan soto ayam tersebut. Pemilik restoran melaporkan peningkatan pengunjung setelah video tersebut viral. Mereka menganggap bahwa meskipun harga yang tinggi bisa menjadi kontroversi, hal itu justru membantu promosi dan menarik pelanggan baru yang penasaran untuk mencoba menu yang ditawarkan.
Konten kreator tersebut menyatakan harapannya bahwa videonya bisa memberikan perspektif baru tentang makanan lokal dan mendorong orang untuk lebih menghargai kuliner Indonesia. Dengan semakin banyaknya perhatian terhadap makanan lokal, diharapkan akan muncul lebih banyak inovasi dan kualitas dalam industri kuliner. Selain itu, kejadian ini juga menyoroti pentingnya bijak dalam berbelanja dan menilai nilai suatu hidangan.