Mengenal Profesi Penjoki Game: Peluang Bisnis di Dunia E-Sports

Di balik layar yang tak terlihat, itulah kehidupan seorang penjoki game yang bekerja untuk membantu orang lain meraih peringkat tinggi dalam dunia e-sports. Alan (nama samaran), seorang mantan penjoki Mobile Legends, berbagi kisahnya tentang perjalanan yang membawanya ke dunia ini serta pengalaman yang didapatkan setelah bertahun-tahun terlibat.

Awal Mula Menjadi Penjoki
Ketika masih di kelas 2 SMA, Alan terinspirasi oleh seorang teman yang sukses menjadi penjoki game dan menghasilkan uang yang cukup banyak. Pada saat itu, pandemi COVID-19 mengubah banyak kebiasaan orang, menjadikan game online sebagai sarana hiburan utama. Alan yang sudah gemar bermain Mobile Legends pun mencoba mengikuti jejak temannya.

“Aku mulai rutin push rank bareng teman-teman. Setelah merasa cukup mahir, aku mulai mencari tahu tentang pekerjaan joki dan akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan sebuah toko penyedia jasa joki,” kenangnya.

Motivasi Alan untuk terjun ke dunia ini jelas karena uang. Selain menambah uang jajan, ia juga ingin meningkatkan kemampuan bermainnya.

Sistem Kerja Penjoki
Di dunia joki game, para pekerja bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang tersedia di grup. Setiap penjoki memiliki spesialisasi tertentu dalam permainan, dan Alan, yang mahir dalam role Midlaner, bertugas mengendalikan jalur tengah.

Ketika seorang klien memesan jasa untuk hero Midlane tertentu, Alan harus cepat untuk mengambil pekerjaan tersebut sebelum diambil oleh penjoki lain. Begitu mendapat pekerjaan, ia akan bermain dengan timnya sendiri, berbeda dari tempat ia bekerja.

“Di toko, aku hanya bekerja sebagai penjoki, tapi di party joki, aku bermain bersama tim tetap,” jelas Alan.

Ia lebih sering mendapat pekerjaan di pertengahan hingga akhir musim, karena persaingannya lebih sedikit. Biaya jasa joki pun bervariasi, pada tahun 2021, harga untuk naik peringkat Mythical Glory berkisar antara Rp20.000 – Rp25.000 per poin. Namun, karena ia hanya seorang pekerja dan bukan pemilik toko, Alan hanya mendapat sekitar Rp12.000 per poin yang berhasil ia raih.

“Pemilik toko memang lebih menguntungkan, karena mereka memiliki klien dan koneksi, jadi itu wajar,” ujarnya.

Tantangan dan Risiko
Menjadi penjoki tidaklah mudah. Selain harus menghadapi pemain dengan skill tinggi, Alan juga tidak bisa langsung mempromosikan diri ke klien. Semua pemesanan harus melalui pemilik toko, sehingga para pekerja tidak bisa melayani pelanggan pribadi.

Namun, ada kalanya beberapa klien langsung menghubunginya melalui media sosial. “Jika aku mendapat pekerjaan langsung dari klien, rasanya lebih menguntungkan karena tak ada potongan dari pemilik toko,” tambahnya.

Meski begitu, pekerjaan ini memiliki risiko. Jika Alan gagal menaikkan peringkat klien dan poin mereka justru menurun, ia harus menanggung kerugian yang terjadi. Beruntungnya, ia tidak pernah mengalami kerugian besar. “Terkadang jika performa buruk, aku hanya mendapat sedikit bayaran, misalnya setelah bermain selama 4 jam tapi hasilnya kurang maksimal,” tuturnya.

Rutinitas Sehari-hari
Penjoki profesional memiliki jadwal yang sangat teratur. Alan biasanya bekerja dari pagi hingga siang, kemudian istirahat, dan melanjutkan bermain pada malam hari hingga dini hari. Baginya, bermain pada malam hari lebih menguntungkan karena lawan yang dihadapi cenderung lebih mudah.

Namun, rutinitas ini berdampak pada kesehatannya. Jam tidurnya yang tidak teratur dan seringnya mengalami kram tangan akibat bermain dalam waktu lama.

Dari Penjoki ke Pro Player
Setelah beberapa bulan menjadi penjoki, Alan semakin percaya diri dengan kemampuannya dan memutuskan untuk mengikuti audisi untuk masuk ke tim e-sports profesional. Hasilnya, ia berhasil diterima sebagai Midlaner di tim Mobile Legends Bang Bang Development League (MDL).

Setelah satu musim berlaga, Alan mendapat tawaran dari tim e-sports besar yang ingin merekrutnya untuk bertanding di level lebih tinggi. Namun, ia harus melewatkan kesempatan tersebut karena orang tuanya tidak mengizinkan ia berkarier di luar negeri. Akhirnya, Alan memilih untuk keluar dari dunia e-sports.

Perjalanan Baru dan Refleksi Hidup
Saat ini, Alan fokus pada studinya di salah satu universitas ternama di Jawa Tengah. Pengalaman sebagai penjoki memberinya banyak pelajaran tentang kerja keras, pengelolaan waktu, dan bagaimana menghargai setiap rupiah yang dihasilkan.

“Awalnya aku hanya terpikir bagaimana cara mendapatkan uang, tapi sekarang aku lebih menghargai apa yang aku hasilkan,” ungkapnya. Alan kini lebih disiplin dalam mengatur keuangannya dan selalu menyisihkan sebagian untuk tabungan.

Meskipun telah meninggalkan dunia penjoki dan e-sports, Alan tetap menjaga hubungan baik dengan rekan-rekannya di dunia game. Ia juga memberikan pesan kepada penjoki lainnya:

“Aku tahu tidak semua orang memilih menjadi penjoki karena keinginan, ada yang melakukannya karena kebutuhan. Kalian hebat, dan aku menghargai kalian. Semoga selalu sehat dan semangat!”

This entry was posted in Berita Konten Kreator and tagged , , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *